Pages

February 06, 2013

Puisi Hujan

Sore ini langitku basah. Basah yang disertai tiupan beliung marah. Kemurkaan nan indah. Hujan, sampai kapan pun tak pernah tidak indah.
Aku menikmatinya dalam senyap. Pantulan air di kaca jendela kantor sungguh meriah. Menghentak. Tak pernah soreku begitu kontradiktif. Sekaligus kontemplatif.
Langit yang berisik, namun di dadaku sepi menelisik. Pada jarak yang terjaga, gemuruh guntur bagai nyanyian penghibur. Andai bisa kupetik, sekuntum kilat dari kebun awan berlistrik. Menemani langkah yang jelang malam kian tercabik.
Ingin rasanya menyirami rongga hidupku dengan puisi hujan. Bukan. Bukan aku tak peduli dengan kebencian kalian pada air langit. Bagiku, ia bagai tarian. Ia adalah entitas ribuan nyawa. Akumulasi serbaneka keelokan dan keteguhan.
Lihat. Lihatlah mataku. Sendu yang kupunya menyimpan banyak cinta. Pada universalitas isyarat di balik riuh langit sore ini. Maha hujan. Kepadanya sunyi ini kutambatkan.
~Latuharhari, 4:33 pm.

No comments: