Pertengahan tahun lalu sekitar bulan Juli 2007, entah mendapat inspirasi dari mana saya meminta tolong driver di kantor saya untuk membelikan sepasang kura-kura kecil dan beberapa ekor ikan untuk saya taruh di kolam ikan kantor. Saya rasa niat itu berawal dari rasa miris saya memandangi kelengangan kolam kantor setiap hari di sela-sela jam kerja. Atau mungkin rasa solidaritas saya tergugah karena salah satu teman kantor saya yang baik hati -sebagai volunteer penyumbang ikan sebelumnya- sudah terlanjur patah hati dan pasrah akibat ikan-ikan yang dia beli kok ya 90% mati semua? Hahaha! Kolam ikan pastilah hambar jika tidak ada ikan dan sejenisnya. Nelongso. So, sebagai orang yang tidak pernah memelihara binatang (karena bukan hobi saya), jadilah saya ibu angkat amatiran dari sepasang kura-kura yang mungil dan lucu.
Yang namanya anak, tentu saja harus punya nama dong. Setelah berpikir-pikir selama 2 hari 2 malam tidak jua menemukan nama-nama yang pas, tau-tau wajah si ganteng maskulin nan mempesona pembawa berita Metro TV itu lewat dengan serta merta di layar kaca TV saya pagi harinya. Yes, he is the one and only: Tommy Tjokro. Otak liar “brilian” saya langsung setuju untuk menganugerahkan nama itu buat kura-kura kecil jantanku tercinta. Tinggal si betina belum bernama. Namun ternyata untuk nama si gendhuk ini, saya tidak perlu semedi terlalu lama. Pasangan ganteng adalah cantik. Jadi, yang terpikir di kepala saya, saat kata cantik diucapkan adalah klangenan suami saya dearest Luna Maya. Sebetulnya kalau mau jujur, itu cuma legitimasi nakal akal-akalan saya aja, agar suami tidak terlalu gerah karena saya kesengsem sama wajah rupawan Bung Tommy. Jadilah saya mengakomodir imajinasinya. Yah, semacam toleransi dan tenggang rasa dalam rumah tangga gitu deeh. Hehehe, just kidding, honey!
Ternyata antusiasme penghuni kantor dengan kehadiran Tommy Tjokro & Luna Maya ini lumayan marak juga. Paling tidak setiap jam-jam rehat, -buat saya pribadi- ada yang bisa dikomentari dan dibahas selain gegosip dan tetek-bengek urusan kerjaan yang seringkali bikin kram otak. Kocaknya lagi, si Tommy & Luna ini mungkin karena masih bayi atau setidaknya setara balita lah (walaupun itu hanya asumsi sok tau saya & mba Simanjuntak teman kantor saya saja), tingkahnya malu-malu kuya dan ngga pernah kelihatan berdua-duaan. Well, love takes time. You can’t hurry love. Mungkin saya harus sedikit bersabar untuk memimpikan saat-saat menimang cucu. Sampai pada suatu hari, bagai terkena kilat di siang bolong, tanpa ampun Mr. Volunteer pembeli ikan pertama mengeluarkan pernyataan yang sungguh mencengangkan, sekaligus menggelikan. Katanya santai, “siapa bilang Tommy & Luna malu-malu dan ngga mau berduaan? Coba liat ke kolam diam-diam deh kalo pas lembur sampe malam, pasti tuh mereka lagi tumpukan.” Hihihi… Bagaikan ibu yang kecolongan karena anaknya pacaran back street, pastilah saya langsung menyusun rencana investigasi dan observasi dadakan ala Sherlock Holmes. Walhasil, kebenaran akhirnya terungkap. Terbuktilah sudah, ternyata anak-anak polos dan luguku tidak seperti yang kami duga. They’re grown up. Tentu saja saya sebarkan berita gembira ini, yang langsung disambut gelak tawa riang si mba Simanjuntak & Mr. Volunteer yang sama seperti saya, geli dan kocak abis melihat tingkah konyol Tommy & Luna. Haha…what a great day! So, I was counting the days until I got my turtle grandchildren! Yippii !!
Sayangnya, kenyataan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Saat itu musim hujan, sekitar bulan September 2007. Pagi hari setibanya di kantor, Pak Satpam menyampaikan berita duka. Luna Maya hilang! Katanya, tadi malam hujan sangat lebat sehingga air di kolam meluap. Kejadiannya begitu cepat, membuat Pak Satpam tak sempat menyelamatkan isi kolam itu. Mendadak lemas lah saya. Karena tidak puas, saya tetap memaksa pasukan office boy untuk mencari Luna di semua sudut dan lubang-lubang di sekitar kolam. Tetap tak ada. Saya hanya bisa terdiam di pinggir kolam sambil memandangi Tommy Tjokro yang kini sendirian dan takut-takut menampakkan kepalanya di atas air. Saya sedih dan kehilangan. Tapi saya betul-betul tidak menyangka efek kehilangan itu bisa sedemikian kuatnya, sehingga kalau bukan karena tertahan malu, saya pasti sudah menangis. Hanya Stevania sobat dekat saya yang peka, ragu-ragu bertanya, “Kenapa lo, kok sedih banget?” Saya jawab, “Luna Maya hilang, gara-gara air kolam meluap.” Lanjut dia, “Lo beneran sedih banget yaa?” Saat itu saya cuma mengangguk dan tersenyum pahit seraya berharap mudah-mudahan tak ada yang tahu mata saya sudah sedari tadi berkaca-kaca. Ironis sekali, saya bukan seorang pecinta binatang tulen, tapi saya bisa juga sedih dan nelangsa hanya gara-gara seekor kura-kura. Dan rasa kehilangan itu semakin lengkap sudah, ketika beberapa minggu kemudian Tommy pun raib, entah kemana. Saya jadi tidak punya minat lagi untuk membeli kura-kura lain pengganti Tommy & Luna. However, kolam itu pun kembali lengang. Hanya ikan-ikan yang tersisa dan setia berseliweran dari hari ke hari. Sampai akhirnya, kantor kami pun pindah ke Menteng. Selamat tinggal kolam kecil beserta kenangannya!
Kantor baru - Januari 2008. Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja nama Tommy Tjokro kembali melintas dalam topik iseng obrolan dan khayalan saya, Stevania dan Mba Simanjuntak di kantor. Betapa gantengnya dia, imajinasi gokil seandainya dia datang ke kantor kita, bla bla bla. Pokoknya ga mutu banget deh! Lalu sorenya masih di kantor juga, dengan tanpa dosa, Ibu Ayu –teman kantor saya yang pinter tapi kadang gokil dan polos juga— dengan antusias nyeletuk, “Eh, mba…kura-kuramu dulu kan namanya Tommy Tjokro tho? Ternyata mba, aku liat di TV tuh ya, ada loh artis apa pemain sinetron gitu, guanteng-e… namanya Tommy Tjokro juga. Lah kok bisa sama ya namanya? Aku sampe bilang sama suamiku, "loh Pak, Tommy Tjokro itu kan nama kura-kuranya mba Ninol di kantor dulu.. Kok isoooo yo jenenge podho?”
??????????????????? ??????????????????????????????
Bwahahahahahahaha!!!! Duh, Tommy Tjokro…big hug for Bu Ayu : u were so funny, sampe saya gemes pengen peluk dikau keras-keras saat itu :)
Yang namanya anak, tentu saja harus punya nama dong. Setelah berpikir-pikir selama 2 hari 2 malam tidak jua menemukan nama-nama yang pas, tau-tau wajah si ganteng maskulin nan mempesona pembawa berita Metro TV itu lewat dengan serta merta di layar kaca TV saya pagi harinya. Yes, he is the one and only: Tommy Tjokro. Otak liar “brilian” saya langsung setuju untuk menganugerahkan nama itu buat kura-kura kecil jantanku tercinta. Tinggal si betina belum bernama. Namun ternyata untuk nama si gendhuk ini, saya tidak perlu semedi terlalu lama. Pasangan ganteng adalah cantik. Jadi, yang terpikir di kepala saya, saat kata cantik diucapkan adalah klangenan suami saya dearest Luna Maya. Sebetulnya kalau mau jujur, itu cuma legitimasi nakal akal-akalan saya aja, agar suami tidak terlalu gerah karena saya kesengsem sama wajah rupawan Bung Tommy. Jadilah saya mengakomodir imajinasinya. Yah, semacam toleransi dan tenggang rasa dalam rumah tangga gitu deeh. Hehehe, just kidding, honey!
Ternyata antusiasme penghuni kantor dengan kehadiran Tommy Tjokro & Luna Maya ini lumayan marak juga. Paling tidak setiap jam-jam rehat, -buat saya pribadi- ada yang bisa dikomentari dan dibahas selain gegosip dan tetek-bengek urusan kerjaan yang seringkali bikin kram otak. Kocaknya lagi, si Tommy & Luna ini mungkin karena masih bayi atau setidaknya setara balita lah (walaupun itu hanya asumsi sok tau saya & mba Simanjuntak teman kantor saya saja), tingkahnya malu-malu kuya dan ngga pernah kelihatan berdua-duaan. Well, love takes time. You can’t hurry love. Mungkin saya harus sedikit bersabar untuk memimpikan saat-saat menimang cucu. Sampai pada suatu hari, bagai terkena kilat di siang bolong, tanpa ampun Mr. Volunteer pembeli ikan pertama mengeluarkan pernyataan yang sungguh mencengangkan, sekaligus menggelikan. Katanya santai, “siapa bilang Tommy & Luna malu-malu dan ngga mau berduaan? Coba liat ke kolam diam-diam deh kalo pas lembur sampe malam, pasti tuh mereka lagi tumpukan.” Hihihi… Bagaikan ibu yang kecolongan karena anaknya pacaran back street, pastilah saya langsung menyusun rencana investigasi dan observasi dadakan ala Sherlock Holmes. Walhasil, kebenaran akhirnya terungkap. Terbuktilah sudah, ternyata anak-anak polos dan luguku tidak seperti yang kami duga. They’re grown up. Tentu saja saya sebarkan berita gembira ini, yang langsung disambut gelak tawa riang si mba Simanjuntak & Mr. Volunteer yang sama seperti saya, geli dan kocak abis melihat tingkah konyol Tommy & Luna. Haha…what a great day! So, I was counting the days until I got my turtle grandchildren! Yippii !!
Sayangnya, kenyataan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Saat itu musim hujan, sekitar bulan September 2007. Pagi hari setibanya di kantor, Pak Satpam menyampaikan berita duka. Luna Maya hilang! Katanya, tadi malam hujan sangat lebat sehingga air di kolam meluap. Kejadiannya begitu cepat, membuat Pak Satpam tak sempat menyelamatkan isi kolam itu. Mendadak lemas lah saya. Karena tidak puas, saya tetap memaksa pasukan office boy untuk mencari Luna di semua sudut dan lubang-lubang di sekitar kolam. Tetap tak ada. Saya hanya bisa terdiam di pinggir kolam sambil memandangi Tommy Tjokro yang kini sendirian dan takut-takut menampakkan kepalanya di atas air. Saya sedih dan kehilangan. Tapi saya betul-betul tidak menyangka efek kehilangan itu bisa sedemikian kuatnya, sehingga kalau bukan karena tertahan malu, saya pasti sudah menangis. Hanya Stevania sobat dekat saya yang peka, ragu-ragu bertanya, “Kenapa lo, kok sedih banget?” Saya jawab, “Luna Maya hilang, gara-gara air kolam meluap.” Lanjut dia, “Lo beneran sedih banget yaa?” Saat itu saya cuma mengangguk dan tersenyum pahit seraya berharap mudah-mudahan tak ada yang tahu mata saya sudah sedari tadi berkaca-kaca. Ironis sekali, saya bukan seorang pecinta binatang tulen, tapi saya bisa juga sedih dan nelangsa hanya gara-gara seekor kura-kura. Dan rasa kehilangan itu semakin lengkap sudah, ketika beberapa minggu kemudian Tommy pun raib, entah kemana. Saya jadi tidak punya minat lagi untuk membeli kura-kura lain pengganti Tommy & Luna. However, kolam itu pun kembali lengang. Hanya ikan-ikan yang tersisa dan setia berseliweran dari hari ke hari. Sampai akhirnya, kantor kami pun pindah ke Menteng. Selamat tinggal kolam kecil beserta kenangannya!
Kantor baru - Januari 2008. Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja nama Tommy Tjokro kembali melintas dalam topik iseng obrolan dan khayalan saya, Stevania dan Mba Simanjuntak di kantor. Betapa gantengnya dia, imajinasi gokil seandainya dia datang ke kantor kita, bla bla bla. Pokoknya ga mutu banget deh! Lalu sorenya masih di kantor juga, dengan tanpa dosa, Ibu Ayu –teman kantor saya yang pinter tapi kadang gokil dan polos juga— dengan antusias nyeletuk, “Eh, mba…kura-kuramu dulu kan namanya Tommy Tjokro tho? Ternyata mba, aku liat di TV tuh ya, ada loh artis apa pemain sinetron gitu, guanteng-e… namanya Tommy Tjokro juga. Lah kok bisa sama ya namanya? Aku sampe bilang sama suamiku, "loh Pak, Tommy Tjokro itu kan nama kura-kuranya mba Ninol di kantor dulu.. Kok isoooo yo jenenge podho?”
??????????????????? ??????????????????????????????
Bwahahahahahahaha!!!! Duh, Tommy Tjokro…big hug for Bu Ayu : u were so funny, sampe saya gemes pengen peluk dikau keras-keras saat itu :)
No comments:
Post a Comment